Monster itu bernama GERD (part 1)
Kala itu, maret 2009 kalau tidak salah, saya memutuskan untuk resign dari tempat kerja karena alasan klise : fee nya kurang sumbut sama kerjanya. Belakangan saya baru sadar kalau itu adalah tempat yang telah berhasil memaksa saya mengeluarkan segala potensi di dunia arsitektur, yang sayangnya tidak saya sadari selama kuliah 5,5 tahun. Tau kan ya..gimana arogansi gadis usia 25 tahun yang merasa sudah melek banyak hal, sekali nggak merasa worth it , ya udah cabut saja. Teringat wajah lesu si boss ketika saya pamitan. Pastinya itu bukan karena beliau merasa sedih saya tinggal, tapi lebih karena awang-awangen harus merekrut karyawan baru lagi dan harus ngajarin lagi, hehe.. sebelum resign Mama tidak banyak kasih masukan, karena beliau paham betul sifat saya yang susah dikasi masukan alias keras kepala. Kalau sudah memutuskan sesuatu susah dikasi pertimbangan sana sini. Dibilang sembrono ya bisa, dibilang intuisinya gede banget ya boleh. Saya berani keluar hanya karena